Kamis, 07 Februari 2013

Menu Makan Siang



Disebuah proyek pembangunan apartement, ada 3 orank tukang yang lagi makan siang
Tukang 1 : “Ya ampun!!!! roti isi telor lagi!!! TELOR TELOR TELORRR terussss!!!!!, kalo besok gue masih dibawain roti isi telor lagi, gue bakalan loncat dari gedung atas!!!”
Tukang 2 : “NASI UDUK, NASI UDUK, NASI UDUK terus!!! bisa gila nih gue!!!! kalo besok masih nasi uduk, gue bakalan bunuh diri!”
Tukang 3 : “ROTI SELAI KACANG???????, tyappppp hari gue makan roti selei kacang!!!, kalo besok masih selei kacang juga gue bakalan ikutan loncat bareng elo berdua!!”
Besokannya, si tukang pertama dibawain roti isi telor lagi, tukang kedua, bawa nasi uduk lagi, dan tukang ketiga juga roti selei kacang lagi, akhirnya, mereka bertiga loncat dari gedung.
Di pemakaman, ke3 istri tukang2 itu, sediiiihhhhh bgt:
Istri 1 : “Kalo aja saya tau dia ngga mao makan roti isi telor, pasti udah saya bikinin yang laen…. ”
Istri 2 : “Kalo aja dia bilang dia bosen sama..............

Cobalah Untuk Merenung

Semangkuk Bakso

Selasa, 05 Februari 2013

Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang

 

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.
Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"
Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar".
"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali", kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini". Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata pria itu hampir bersamaan.
"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si KEKAYAAN masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "Sayangku, kenapa kita tak mengundang si KESUKSESAN saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si KASIH-SAYANG yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang."
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si KASIH-SAYANG ini ke dalam. Dan malam ini, si KASIH-SAYANG menjadi teman santap malam kita."
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."
Si KASIH-SAYANG bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta.
Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si KEKAYAAN dan si KESUKSESAN. "Aku hanya mengundang si KASIH-SAYANG yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu berdua ikut juga?"
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si KEKAYAAN, atau si KESUKSESAN, maka yang lainnya akan...............

Memberi Lonceng pada Kucing

Minggu, 03 Februari 2013

Shi Shang Zhi You Mama Hao...

Sabtu, 02 Februari 2013

Kisah Jack Daughery



Kisah Jack Daughery
“Ketika saya masih kanak-kanak,” kenang Jack Daughery, “saat saya memetik buah ceri sepuluh jam sehari di tengah terik matahari musim panas, saya ingat bahwa saya membenci para tuah kebun yang gemuk-gemuk dan berpakaian perlente beserta mandor-mandor lapangan mereka. Dan ketika saya melihat anak-anak mereka yang manis-manis menaiki kuda poni melintasi kebun-kebun itu, saya membenci diri saya sendiri karena baju saya yang sudah rombeng dan wajah saya yang kotor. Dan bila kemudian saya banyak memikirkan Tuhan kembali, barangkali saya juga akan membenci-Nya juga lantaran ketidakadilan dan ketimpangan yang menimpa orang tua saya dan saya sendiri selama masa kanak-kanak saya.”
Pada umur empat belas tahun, Jack pergi bekerja dengan orang tuanya di sebuah pabrik pemrosesan kentang di Grand View, Washington. “Pekerjaan saya yang pertama adalah mencabuti rumput di ladang yang ada di sekitar saluran air yang terbuat dari kayu,” begitu kenangnya. “Tikus dan ular derik bersembunyi di bawah tempat air dari kayu yang panjang itu. Setiap kali saya menjulurkan tangan ke dalam untuk memungut rumput dan sampah, saya khawatir jangan-jangan seekor tikus akan menggigit jari saya sampai putus atau seekor ular derik akan menancapkan taringnya ke tangan saya.
Pada waktu saya berumur lima belas tahun, saya dapat mengangkat kantong kentang seberat seratus pon di atasbahu saya dan melemparkannya ke dok pemuatan barang. Akhirnya setelah bekerja di setiap posisi di dalam dan di sekitar ladang kentang dan pabrik pemrosesan itu, para pemiliknya mengangkat saya menjadi manager. Tak lama kemudian saya menikahi Rita, putri seorang petani yang dibesarkan di ladang-ladang Nebraska.
Menjadi manajer pabrik itu merupakan suatu pencapaian yang jauh melampaui harapan apa pun yang dimiliki keluarga saya terhadap saya. Dan saya mengelola pabrik itu seolah-olah saya memilikinya sendiri. Saya datang lebih awal dan pulang lebih lambat. Sewaktu orang lain berbondong-bondong